Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2024

Petani dan Emprit

Gambar
  PETANI VS EMPRIT Kang Khasan Paduan suara cuwawak Menghalau emprit sang perusak Mereka terus saja berteriak Meski semakin terdengar serak Mereka diam sejenak Meliha emprit sudah beranjak Kembali suara itu menyeruak Beriring tetabuhan dari barang rusak Muka Petani merah menahan marah Hai emprit pergilah dari pekarangan ini Emprit menjawab pasrah Bukanlah aku juga mahluk ciptaan illahi Tetap saja emprit hinggap di padi Tanpa peduli mereka akan merugi Petani menghalau bersusah payah Berharap panenya dapat melimpah Bojonegoro, 18 September 2024

Pentigraf - (Kasim bagian 9)

Gambar
  KELERENG MODAL (PENTIGRAF – Cerpen Tiga Paragraf) Kang Khasan Kagiatan harian Kasim setiap pagi sekolah di RA, jam 13,30 masuk TPQ, bakdal maghrib mengaji, jarang sekali kegiatan itu ditinggalkan terkecuali sakit atau pergi; di TPQ Kasim masih jilid 4 dari 6 jilid, sama seperti teman sebayanya dan berbeda dengan teman perempuan yang rata-rata jilid 5 atau bahkan jilid 6 Kasim beserta teman gangnya, biasanya berangkat ke TPQ sekitar jam 13.00 ada waktu beberapa menit dipakai mainan sesuai yang lagi musim pada saar itu, kali ini musim bermain kelereng, Kasim cenderung lebih pintar bermain dibanding lainya, terbukti dari banyaknya kelereng yang terkumpul disaku pada akhir permainan, dan kelereng-kelereng tersebut seringkali dibeli oleh teman sepermainan dengan harga lebih murah dibanding harga toko. Begitu asyik bermain, melupakan bel masuk berbunyi, marahlah guru TPQ, dihampiri anak-anak yang sedang bermain dan dirampas semua kelereng termasuk yang ada di saku; semuanya hanya diam tanp

Pentigraf - Kasim (8)

Gambar
  BOLOS SEKOLAH (PENTIGRAF – Cerpen Tiga Paragraf) Kang Khasan Pulang sekolah Kasim meletakkan tasnya begitu saja di tempat asal-asalan, kadang di meja tamu, di kursi atau ditempat tidur, begitu juga dengan melepas sepatu dan menaruh seragam sekolah; inginya kali ini tetap di rumah bermain sendiri seadanya, namun ada teman memanggil yang mengajak bermain di luar rumah. Setelah azdan dhuhur Kasim pulang, ibunya belum juga sampai rumah seperti biasanya, sedang perutnya sudah minta siisi, dicarinya makanan beberapa tempat yang biasanya dipakai menaruh makanan, namun tidak juga ditemukan nasi atau makanan lain, sekali-kali dilihat pintu rumah berharap ibunya datang, lama-kelamaan hanya diam tiduran di depan tivi menghibur diri, padahal biasanya jam seperti ini sudah siap-siap berangkat sekolah di TPQ (Taman Pendidikan Wl Quran) . Jam 14.00 lebih sang Ibu mengetuk pintu beberapa kali, Kasim membiarkanya berpura-pura tidur, ibunya memutar lewat pintu belakang yang sedikit terbuka, dihampiri

Pentigraf - Kasim (7)

Gambar
  GENG KAPOK (PENTIGRAF – Cerpen Tiga Paragraf ) Kang Khasan Di halaman Sekolah ada beberapa permainan mulai dari ayunan, perosotan, jungkat jungkit, roda berputar, sampai pada mangkok putar yang disiapkan anak-anak waktu jam istirahat; diantara mereka ada yang begitu keluar kelas langsung disambut pengantarnya untuk memilih jajanan, khusunya yang masih duduk di kelas A, ada pula yang langsung memanfaatkan permainan tersebut. Seperti biasanya, Kasim bersama teman sekelasnya Agus, Pendi, Octa, dan Khafid mencari jajanan dulu, baru bermain sambil bercerita apa saja seketumnya, lima sekawan ini selalu kompak dalam memilih jajanan dan bermain mengisi jam istirahat, sehingga kebersamaanya di sekolah oleh guru-guru sering disebut Geng Kapok yang diambil dari nama depan mereka. Kali ini geng kapok berkumpul duduk membuat lingkaran, menikmati jajanan sambil tebak-tebakan yang kadang antara soal dan jawabanya berbeda, “ Mata apa yang sangat besar dan galak ” tanya Agus, “ mata Harimau ” jawab

Pentigraf - Kasim (6)

Gambar
  "KITA DAMAI SAJA YA" (PENTIGRAF – Cerpen Tiga Paragraf) Kang Khasan Kasim datang ke Sekolah agak terlambat, di halaman sekolah tidak ada anak berkeliaran, sebagian penjual jajanan sudah pindah ke tempat lain, ibu-ibu muda yang mengantar anaknya bergerombol ngobrol kesana kemari sekedar menghabiskan waktu, pertanda proses pembelajaran sudah dimulai. Dengan muka lesu Kasim mengetuk pintu sambil berucap salam, melihat Kasim yang datang, Bu Siti pendamping kelas B buru-buru mengajaknya menyendiri, takut berulah dan mengganggu murid lainya; sebelum ditanya, sebelum ditanya Kasim meminta maaf duluan atas keterlambatnya dengan memberikan alasan bangun kesiangan, semalam menghadiri sholawatan di Desa sebelah, “ kalau mengaku salah berarti siap dihukum ya ” kata bu Siti, “ dihukum Bu ?” Kasim  bertanya sambil mengangguk-anggukaan kepala, wajahnya agak berubah lebih bersemangat “ berarti bu Siti juga harus siap dihukum ya ?” lanjut Kasim, “ apa maksudmu Nak ?” tanya bu Siti. “ Bebera

Pentigraf Kasim (5)

Gambar
  MELOROT (PENTIGRAF - Cerpen Tiga Paragraf)  Kang Khasan Betapa senangnya Kasim mendengar dirinya akan diajak ibunya menghadiri pengajian, mengingat dalam pengajian tersebut juga ada sholawatan yang dilantumkan oleh vokalis hadroh kenamaan. Kasim belum mengenal pengajiannya, tapi sholawatan menjadi daya tarik tersendiri, sebagaimana yang selama ini hanya didengar dari cerita teman-temanya, bahkan kesempatan menikmati jajanan akan tetbuka.  Setelah sholat isya' Kasim, Ibunya dan beberapa tetangga berangkat menaiki mobil bak terbuka, 20 menit kemudian sampailah di tempat tujuan, beberapa anak turun langsung merengek minta jajanan, Kasim hanya diam, ibunya iba dan berbisik kamu pengen apa Kasim, semula hanya menggeleng, namun matanya melihat jajanan sempol kesukaannya " pengen itu mak " Jari Kasim menunjuk penjual sempol, " ya, tapi nanti dimakan sambil ndengerin sholawatan ya " Kata ibu yang dijawab anggukan Pra acara dimulai, diisi tampilan group hadroh, Kasim m

Pentigraf - Kasim (4)

Gambar
GAMBAR TIKUS (PENTIGRAF – Cerpen Tiga Paragraf) Kang Khasan Diakhir pelajaran, bu guru Siti pendamping kelas B, sering memberikan umpan balik pada murid-muridnya sesuai materi yang dipelajari saat itu, mulai dari berhitung, mengenal huruf sampai dengan mengenal benda, dengan hadiah yang bisa menyelesaikan duluan maka murid tersebut diperbolehkan pulang terlebih dahulu. Dari beberapa kegiatan itu, ada satu yang belum bisa dikerjakan oleh Kasim, yaitu ketika bu guru meminta semua murid untuk duduk diam, karena anggota tubuh Kasim ada saja yang bergerak, hampir dipastikan waktu itu Kasim pulang paling akhir; kali ini bu Siti berkata " Anak-anak, boleh sekarang bersiap-siap, tapi sebelum itu, gambarlah satu binatang yang kamu kenali, bagi yang selesai duluan, boleh pulang lebih awal " Anak-anak mempersiapkan peralatan seadanya, pensil, kertas, malah ada yang menyiapkan alat pewarna; Kasim hanya diam seolah memikirkan sesuatu " Kasim, kok diam saja " tanya bu Siti, denga

Pentigraf - Kasim (3)

Gambar
  KEBUN BINATANG (PENTIGRAF – Cerpen Tiga Paragraf) Kang Khasan Hari ini bu Siti memperkenalkan beberapa binatang pada anak-anak, diambillah alat peraga berupa gambar yang berada di dinding RA (Raudlatul Atfal) untuk mendukung penjelasanya, beberapa anak ada yang sudah mengetahui hewan yang ditunjuk guru pendampingnya dan sebagian belum pernah melihat hewan tersebut.  “Anak-anak, beberapa hewan-hewan yang besar itu tidak berkeliaran disekitar kita, apalagi sebagian diantara hewan tersebut tergolong buas, bahkan sekarang dihutanpun sudah tidak kita temukan, dan kita bisa melihat hewan tersebut hanya di kebun binatang” jelas Bu Siti penuh semangat “Siapa yang pernah ke kebun binatang?” tanya bu Siti, semua anak diam tanpa reaksi, tiba-tiba Kasim yang dari dari tadi kurang bersemangat mengancungkan tangan “Kamu Kasim, apa yang kamu lihat di kebun binatang” tanya bu Siti lagi; “Lalat, semut, ayam, kucing dan masih banyak lagi Bu” jawab Kasim, Bu siti mendengar jawaban tersebut hanya tersen

Pentigraf - Kasim (2)

Gambar
  BAU KENTUT (PENTIGRAF – Cerpen Tiga Paragraf) Kang Khasan Sejak kelas A semester dua, Kasim sudah jarang diantar keluarganya, Kasim berangkat naik sepeda yang karatan dan catnya hampir tidak kelihatan, kadang berjalan kaki sambil menendangi batu kerikil atau apapun yang ditemukan dijalan dan bernyanyi kecil sebisa-bisanya yang  liriknya kadang tidak nyambung. Hari ini, pendamping belajarnya Bu Siti datang terlambat, Kasim dan beberapa murid lainya agak longgar bermain sampai diluar area lembaga, setelah agak lama, bu Siti datang dan anak-anak segera dimasukkan, bersalaman dengan guru, duduk manis, berdoa sambil bernyanyi, dilanjutkan menghafalkan teks Pancasila sebagai kegiatan setiap pagi sebelum memulai materi. Bu Siti lagi enek-enaknya menyampaikan materi, tercium bau kurang sedap “Kamu kentut ya?” tanya Kasim pada teman di depanya yang dijawab gelengan, ditanyakan pula pada teman lain, jawabanya sama; bau itu semakin menyengat, hingga Bu Siti mencari sumbernya, Bu Siti mendekat p

Pentigraf - Kasim

  MENJADI ROBOT Kang Khasan Masih duduk di kelas B salah satu lembaga pendidikan Raudlatul Atfah (RA - setingkat TK), Kasim tergolong ceria dibanding teman-teman lainya, selain kadang jahil dan sering bikin ulah yang membuat jengkel guru pendampingnya Sautu ketika, guru pendamping Siti menanyakan cita-cita kepada semua peserta didik yang berjumlah 27 anak, dan jawaban mereka beragam mulai jadi dokter, polisi, sampai pada Kentara (bukan Tentara – itu jawaban mereka), giliran Kasim yang menerima pertanyaan, Apa cita-citamu Kasim? Tanya Bu Siti, Saya Ingin Jadi Robot Bu, jawabnya polos tanpa beban. Kenapa pengen jadi robot? tanya Bu Siti tersenyum, Robot kan hebat bu, saya sering lihat di televisi kalau Polisi dan Tentara di kalahkan robot, bahkan ada robot yang jadi Dokter, jawab Kasim penuh semangat yang disambut senyum penuh arti, Oalah, pantesan pengen jadi robot, karena tiap hari yang dilihat robot, pikir Bu Siti Bojonegoro, 5 September 2024

TIKUS

Gambar
  TIKUS Kang Khasan Kau hidup di lobang pematang sawah Berkembang biak beranak pinak Ketika malam kau beraksi tanpa lelah Bersama kolonimu dengan jumlah banyak Kau seperti mereka yang berdasi Merong-rong anggaran belanja negara Kau hancurkan harapan petani Yang bersusah merawat tanamannya Tikus, kau lumatkan angan petani Yang ingin meningkatkan kesejahteraan keluarga Tanpa peduli mereka akan merugi Sedang kau tetap berpesta pora Tikus, apakah kau tercipta sebagai wabah penyakit Karena sedikitpun belum ditemukan manfaatnya Pantas kau dijadikan simbul manusia berbelit Yang pribadinya haus angkara murka Bojonegoro, 4 September 2024
Gambar
  EMPRIT Kang Khasan Sekawanan emprit datang Petani berteriak lantang Gerombolan hewan kecil memilih terbang Batal mendarat sembari meradang Kembali mencari tempat tenang Tapi teriakan semakin kencang Beriring tetabuhan bernada sumbang Empritpun menjelajah diluasnya awang Kembali emprit melayang layang Mencari tempat lebih tenang Tuk bertengger dari batang ke batang Tuk menikmati padi yang belum matang Bojonegoro, 03 September 2024