Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2022

BENGAWAN SOLO

Gambar
  BENGAWAN SOLO Kang Khasan Terlihat Sampah sepanjang mata memandang Menutup raut muka sang Bengawan Sangat jauh dari gambaran tuan Gesang Penulis syair yang pernah membanggakan Dulu tempat itu menjadi sarana transportasi Sekarang berubah berganti tereksploitasi Oleh mereka yang berkepentingan Tanpa sedikitpun mengenal masa depan Lihatlah airnya yang sering berubah Kadang cokelat kadang kehitaman Perubahan akibat banyaknya limbah Dari ulah tangan dan perilaku jahat Apa yang tersisa dari generasi mendatang Hanyalah cerita kekayaan alam yang terkikis Bahkan meninggalkan bencana yang menghadang Dari puing-puing bebatuan yang teriris Sekarang dibalik karang dasar Bengawan Menganga lobang teramat luas Yang setiap saat akan meluluh lantakkan Pinggiran Bengawan yang akhirnya terkelupas Semua berharap sang Bengawan berdampak sejahtera Semua tentu menolak aliran air itu menjadi petaka Akankah keinginan tersebut berhasil Jika mereka banyak bertindak usil Bojonegoro, 21 Nopember 2022

BAPAK

Gambar
  BAPAK Oleh : Kang Khasan Bapak, beberapa Kamis pekan kemarin, anakmu bertemu salah satu murid tingkat dasar, bercerita tentang pelajaran yang Bapak ajarkan, Matematika, IPA sampai pada pelajaran Kesenian, termasuk nyanyian : Allah maha Esa, Allah maha kuasa, yang memberikan kita, telinga dan mata, akal dan pikiran, pemberian Allah.  Lagu itu sekarang dinyanyikan untuk cucu-cucunya sebagai pengantar tidur, menurutnya lagu tersebut mengajarkan bentuk syukur pada Alah dan menunjukkan keagungan sang Kholiq dalam memberikan kesempurnaan anggota tubuh berikut akal fikiran untuk berbuat baik. Murid yang akrab dipanggil Mbah Gup, masih ingat ucapan dan gerakan bapak saat mengajar, walaupun usianya sudah mendekati kepala tujuh, namun rasa kebersamaan menjadi murid sangatlah kuat, sehingga banyak nasehat Bapak yang dipegang teguh dalam perjalanan hidupnya. Ketika sedang asyik mengobrol, tiba-tiba datang segerombolan orang membawa tumpeng untuk diserahkan pada Mbah Gup. "Mbah, ini syukuran

Kang Jariman

Gambar
  KANG JARIMAN Moch. Syaechu Nasirudin, Bojonegoro, Jawa Timur. Serentetan seremonial sedang berlangsung, tapi belum ada kaki beranjak yang menandakan bahwa puncak acara belum dimulai apalagi acaranya sudah selesai. “Saya teman sebangku Jariman di Sekolah Tingkat Menengah, yang dulu selalu duduk di bagian belakang,” Gatot Santoso meyampaikan testimoni di atas podium. “Selama tiga tahun kami berteman, tidak pernah sekalipun saya melihat Jariman ke Kantin Sekolah, baik pada jam istirahat maupun pulang sekolah, alasanya tidak punya uang saku, mungkin sampai lulus sekolah, Jariman tidak pernah tahu arah jalan ke kantin,” lanjutnya yang disambut tawa pengunjung. Hadirin dari beberapa kalangan yang berjubel di ruang auditorium, mulai hening penuh arti mendengar perjalanan hidup Jariman kecil, yang menurut ceritera Gatot hanya mempunyai satu buku untuk semua mata pelajaran, namun kemampuanya dalam pelajaran Matematika, IPA, Fisika, Bahasa Inggris, lebih-lebih pelajaran agama selalu mendap