KHOUL

 


KHOUL MBAH FADHIL

Puncak khoul K. M. Fadhil dilaksanakan hari ini, ahad 03 Maret 2024 di Makam Umum Desa Besah, Kasiman, Bojonegoro; yang dihadiri sebagian besar dzurriyah dan masyarakat setempat.

Acara yang dimulai jam 08.05 itu merupakan agenda tahunan pada pertengahan bulan sya’ban, untuk berkirim do’a sakaligus mengenang jasa semua leluhur khususnya K. M. Fadhil, yang pada masanya turut berjuang dalam mensyiarkan agama Islam di Desa Besah dan sekitarnya.

Susunan acaranyapun sangat sederhana, Pembukaan, Pembacaan Sholawat Nabi, Pembacaan Tahlil, Mauidhoh Khasanah yang disampaikan oleh KH. Hasyim Rosidi, pengasuh Pondok Pesantren Jamiyatut Tholibin, Kemiri, Malo, Bojonegoro.

Dalam ceramahnya, KH. Hasyim Rosidi menyampaikan bahwa kebutuhan manusia hidup itu ada 4, yaitu : Pangan, Sandang, Papan dan Pasangan. Pangan berarti tercukupinya kebutuhan hidup berupa makan dan minum, tapi jika hanya pangan saja yang dicukupi, maka hidupnya akan seperti hewan yang setiap saat hidupnya untuk mencari makan, karena itulah, manusia perlu Sandang (pakaian) untuk membedakan statusnya seagai manusia dengan hewan.

Papan, yang dimaksud adalah Papan Panggonan atau tempat tinggal; artinya, manusia hidup seharusnya mempunyai tempat tinggal, wong hewan saja dengan segala budinya selalu mencari tempat tinggal, sedang Pasangan merupakan kebutuhan biologis bagi semua makhluk hidup untuk memenuhi kebutuhan biologis sekaligus meneruskan kisah hidup melalui generasinya.

KH. Hasyim Rosidi dikenal sebagai pendakwah yang mampu mengemas materinya dengan guyonan ilmiyah berdasaran kenyataan hidup yang berkembang saat ini, sehingga yang disampaikan mudah diterima audien dan mampu mengkondisikan audienya untuk tetap fokus kearah pmbicaraanya, selanjutnya beliau meneruskan, jika manusia mampu mencukupi keempat tersebut, maka dalam beribadah kepada Allah akan lebih tenang.

Ibadah tidak hanya berbentuk ritual sholat saja, tapi perbuatan apapun yang tidak bertentangan dengan ajaran agama, akan mempunyai nilai ibadah; itulah salah satu kunci agar prilaku manusia dimudahkan oleh sang maha  pencipta. Kedua, hiduplah seperti beras yang kapan saja dan dimana saja akan dicari orang, kalau tidak mampu, seaiknya tidak usah menyusahkan orang lain.

Ketiga, Ojo sirik tur dengki kedua sifat yang selalu melekat pada priadi manusia, namun banyak diantara meraka yang tidak mampu menahan, malah justru mengikuti sifat tersebut, keempat, bersiaplah menghadapi kematian, bahwa setiap manusia pasti akan berakhir pada kematian, kadang muda, tua, sehat maupun sakit.

Karena pasti mati, maka perlu mempertanyakan pada diri sendiri, apa persiapan mnghadapi mati, tentu jawabnya ibadah dan perbuatan baik, karena itu keempat uraian diatas diharap memapu menjadi bekal menghadapi kematian.

Diakhir pembicaraan, KH. Hasyim memberikan beberapa contoh, salah satu diantaranya, ketika manusia mati akan dibungkus dengan kain kafan yang dalam bahasa Jawa disebut Mori, menjadi kiasan barang limo ojo sampe lali yakni sholat lima waktu; diatas kain kafan tersebut kadang ditarus gaman (pisau) yang berarti, matilah dengan gowo iman (membawa iman kepada Allah)


Bojonegoro, 3 Maret 2024

Moch. Syaechu Nasirudin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SURAT TERBUKA KEMENAG

Ngaji Pasan