Mbah Kasdiran
PENTIGRAF (Cerpen Tiga Paragraf)
MBAH KASDIRAN
Kang Khasan
Tidak seperti biasanya, setelah jamaah sholat magrib
saya bersamaan dengan mbah Kasdiran dan langsung ke rumah beliau yang memang berjajar; kami
ngobrol ringan tentang sawah, sapi, sampai soal anak, diakhir ceritera, saya
sampaikan “mbah, saya punya bibit mangga sebanyak 3 pohon yang rencananya nanti
akan saya tanam di depan rumah, setelah 40 hari meninggalnya anak saya,” mbah
Kasdiran segera mencegah saya yang memang masih suasana berkabung ditinggal
anak kedua beberapa pekan belakangan “Jangan, jangan sekarang, besok saja selepas
bulan Asyuro, kan nggak lama to, tinggal beberapa bulan”
Malam hari berikutnya, tepat pada malam jumat, seperti
tiga pekan sebelumnya, bersama beberapa warga sekitar dan handaitolan, mbah
Kasdiran turut tahlilan mendoakan
anak saya, tidak ada gelagat apapun terkecuali kebersamaan, ada diantara
tetangga yang menyapa mbah Kasdiran “Bajumu
kok apik tanan mbah” yang dijawab sekenanya “ya jelas to”
Esok harinya, semua waraga beraktifiatas seperti
biasa, termasuk saya yang ke lembaga pendidikan, tidak terkecuali istri mba
Kasdiran yang mencari rumput untuk pakan sapi. Menjelang siang saya pulang
duluan, ada beberapa berkas yang perlu ditandatangani, tiba-tiba terdengar
suara minta tolong dari sebelah rumah, saya bergegas mencari asal suara, di
tempat itu suda ada Pak RT yang memegang tali kekang sapi berikut sapi yang
sedang berontak, dan mendapati mbah Kasdiran telentang di kandang sapi, saya
mencoba untuk mengangkat, tapi tidak kuat dan berkata pada pak RT “sapinya lepaskan
Pak, ayo kita tolong orangnya dulu” seru saya; kami membopong jasad mbah
Kasdiran yang sudah dingin untuk ditempatkan di tempat tidur, seterusnya, kami
berucap innalillahi wainna ilaihi rojiun,
rupanya mbah Kasdiran sudah menyusul anak saya sebelum hari ke 40, sayapun
berdo’a semoga diampuni semua dosanya dan diterima seluru amal bainya. Amin.
Komentar
Posting Komentar