DIKSI
DIKSI
Moch.
Syaechu Nasirudin
Akar kata
diksi dari bahasa latin: dictionem yang kemudian diserap ke dalam bahasa
Inggris menjadi diction; Kata kerja ini mempunyai arti : pilihan kata, artnya,
pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif, sehingga tulisan
tersebut memiliki ruh dan berkarakter kuat, mampu menggetarkan atau
mempermainkan pembacanya.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diksi berarti pilihan kata yang tepat
serta selaras dalam penggunaannya, yang digunakan oleh penulis untuk
mengungkapkan suatu gagasan sehingga mendapatkan efek tertentu, sesuai yang
diharapkan oleh penulis.
Dalam
sejarah bahasa, filusuf dan ilmuwan Yunani
Aristoteles memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan
berbobot, yang dipraktekan dalam bentuk salah satu karya tulisnya Poetics .
Gagasan Aristoteles kemudian dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya
diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis
prosa dengan berbagai genrenya.
Tokoh lain
yang menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme
dipadu tragedy adalah William Shakespeare, dikenal sebagai sastrawan yang
sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama, Gaya penyajian karya
William ini sangat komunikatif tidak lekang digilas zaman, dan sangat relevan
untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora..
Diksi
merupakan pilihan kata dalam tulisan yang biasa digunakan untuk menggambarkan
suatu cerita, atau memberi makna sesuai dengan keinginan penulis, yang
digunakan dalam melakukan retorika tidak hanya memperhatikan ketepatan
pemakaian kata, tetapi juga harus memperhatikan apakah kata yang dipakai dapat
diterima atau tidak merusak suasana yang ada. Dari sinilah diksi berfungsi
sebagai sarana komunikasi yang efektif, untuk Membantu pembaca dalam memahami
pesan dari suatu karya sastra, selain sebagai bentuk ekspresi dan hiburan.
Dalam
kajian bahasa, tujuan penggunaan diksi secara tepat, cermat dan sesuai menjadi
daya ekspresivitas penulis, yang akan menghasilkan keindahan bahasa dan mampu
menggugah emosi pembaca, sekaligus sebagai media menghaluskan kata atau kalimat
agar terasa lebih indah, seperti pijar bintang di angkasa yang menunjukan
dirinya dengan kilauan, mempesona dan tidak membosanka, mengingat banyak
keindahan atas sebuah kata yang tidak
mampu tereja oleh bibir.
Namun
banyak penulis yang merasa takut dalam memulai sebuah tulisan, seolah ada
keraguan yang terbungkam sebelum diterjemahkan dalam bahasa, jari jemarinyapun
terkadang sulit digerakkan untuk menulis sesuatu yang menakjubkan, untuk itu
ada lima langkah pengembangan diksi :
1. Sense of Touch (sentuhan), maksudnya
menulis dengan melibatkan indera peraba, artinya indra peraba digunakan untuk
memperinci tekstur permukaan benda apapun, sehingga sangat cocok dalam
menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, serta apapun yang rasakan
melalui rabaan. Indra peraba ini juga sangat tepat digunakan menggambarkan
sesuatu yang tidak terlihat seperti angina
Contoh :
Disela pori-pori angin yang dingin, ejaan rindu datang dan pulang tanpa permisi
2. Sense of Smell (penciuman), Maksudnya
menulis dengan melibatkan indra penciuman, sehingga mampu menghasilkan tulisan
kita lebih beraroma, dan akan lebih dahsyat lagi apabila dipadukan dengan indra
penglihatan.
Contoh :
Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku
gantungkan dilangit harapan
3. Sense of Taste (rasa), Maksudnya menulis
dengan melibatkan indra perasa, dengan merasakan setiap energi yang ada di
sekitar, apalagi jika menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yg
tercecap di lidah, maka hasilnya akan lebih dapat dirasakan
Contoh :
Ku seruput rasa pekat secangkir kopi di tangan kananku, sembari ku genggam HP
tangan kiriku. Telah terkubur dengan
bijaksana, dirimu beserta centang biru, diriku bersama centang satu.
4. Sense of Sight (penglihatan), Maksudnya
menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t
tell" (selalu ingat); dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca
dengan tidak hanya sekadar menceritakan semata, namun seolah-olah pembaca bisa
“melihat” apa yang tengah kita ceritakan, seolah bisa menonton atau
membayangkannya, dengan cara menggambarkan secara detail warna, bentuk, ukuran,
umur, dan kondisi-kondisi lainya.
Contoh :
Derit daun pintu mencekik udara ditengah keheningan, membuatku tersadar jika
kamu hanya sebagai lamunan
5. Sense of Hearing (pendengaran), Maksudnya
menulis dengan melibatkan energi yang terdengar, dengan cara menulis apapun
yang terdengar, jika perlu menanti waktu hening untuk menulis, sehingga mampu
menyimak suara yang tersembunyi dibalik keheningan tersebut, atau bias juga
membuat hal-hal yang biasanya tidak terdengar menjadi terdengar.
Contoh :
Derum kejahatan yang mendekat terasa begitu kencang. Udara hening, tetapi
terasa berat oleh jerit keputusasaan yang dikumandangkan bebatuan, sebuah
keputusan yang menghakimiku untuk tak lagi merinduimu
Seringkali dalam merangkai kata, penulis hanya melibatkan otak sebagai muara untuk berpikir, belum mampu sepenuhnya memanfaatkan muara laian dalam mendengar, merasa, ataupun meraba, padahal terkadang sesuatu di pelupuk mata bisa menjadi rongga untuk mencumbu membentuk tulisan manja yang mampu disajikan lebih cantik kepada pembaca.
Bojonegoro, 18 Februari 2023
Resume
18 KBMN-28
Tanggal
17 Februari 2023
Thema
: Diksi dan Seni Bahasa
Nara
Sumber : Maydearly
Moderator
: Widiya Arema
Komentar
Posting Komentar