Hari I Konggres III

 


HARI I KONGGRES III PERGUNU

Sarasehan Pendidikan Nasional, menjadi ajang menarik yang diikuti oleh sekitar 1.500 peserta dan peninjau Konggres III Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu), di Pondok Amanatul Ummah, Desa Kembang belor, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.

Sebelum acara dimulai, moderator meneriakkan yel-yel yang disambut antusias semua audien, "Siapa kita!", Audien menjawab serentak "NU"; begitu pula dengan yel lain yang disambut semangatnkuang; "NKRI!", "Harga Mati"; "Pancasila!", "Jaya"; "Pergunu", "Berkah"; gerakan kepalan tangan mengikuti yel-yel, yang diakhiri tepuk tangan semua hadirin, sebagai pertanda teriakan sudah selesai, membikin suasana hangat pada alam pegunungan yang cenderung dingin.

Kehangatan suasana tetap terasa, ketika Nara sumber pertama Drs. Abu Khoir M.Pd memaparkan materinya, beliau mengawali dengan menambahkan tema konggres III Guru Mulia Membangun Peradaban Dunia dengan kalimat menarik : Menata hati, merajut potensi, kuatkan belajar dan berbagi mewujudkan merdeka belajar dalam suasana inklusi.

Tambahkan tersebut merujuk pada kurikulum pendidikan dengan merdeka belajar; menurut Drs Abu Khoir, M.Pd yang menjabat Kepala Balai Besar Guru Penggerak Jawa Timur, pendidikan saat ini harus dipersiapkan untuk menghadapi era VUCA yaitu Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity, yaitu kondisi dunia sekarang yang perkembangannya sangat cepat, tanpa dapat diduga, dan dipengaruhi banyak faktor yang sulit dikontrol dengan kebenaran dan realitas.

Untuk itulah guru harus selalu mengupdate dan mengupgrade pengetahuannya melalui learning 5.1, beliau meminjam istilah dari pendapat Alex denni 2021 tersebut dengan merubah mindset (pola pikir), Skillset (kemampuan melakukan pekerjaan) dan toolset (pengalaman melaksanakan pekerjaan).

Nara sumber kedua acara sarasehan adalah Prof. Dr. Ojot Darojat, yang menyampaikan bahwa, pendidikan di Indonesia saat ini mengalami learning loss, suatu kondisi dimana lembaga pendidikan tidak mampu memberikan pelayanan pada semua peserta didik, sehingga menghilangkan kemampuan pengetahuan akademik dan keterampilan.

Latar belakang learning loss sendiri adalah :

1. Guru kurang mampu mengembangkan materi ajar jarak jauh, akibat kemampuan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang terbatas.

2. Terdapat penyakit kronis lembaga pendidikan, dengan adanya kurikulum yang sangat padat, dimana guru dan siswa diharuskan menyelesaikan semua materi dalam satu semester, sehingga siswa tidak mampu menemukan ruang kreatifitas.

3. Kemuliaan guru, menyitir kata bijak bahwa, metode itu lebih penting dari materi ajar, guru lebih penting dari metode, tetapi ruh (jiwa) seorang guru itu lebih penting dari guru itu sendiri, artinya, pelaksanaan pendidikan karena kemuliaan seorang guru.

Nara sumber ketiga sarasehan diisi oleh Prof. Dr. H. Ali Ramdani, S.TP, MT, Dirjend Pendidikan Kantor Kementerian Agama RI yang lebih menyentuh tentang pentingnya suri tauladan guru bagi peserta didik, dan ini seharusnya dilakukan oleh semua guru khususnya yang tergabung dalam Pergunu.

Sarasehan yang diadakan sebelum pembukaan Konggres III Pergunu ini diwarnai hujan yang lumayan deras, cukup membutuhkan energi ekstra mengingat pada malam harinya masih diisi dengan pleno pembahasan tata tertib, dan Laporan Pertanggung jawaban Pengurus periode sebelumnya, dilanjutkan dengan bedah buku biografi dan proses perjuangan KH. Asep Saifudin Chalim, yang berjudul Kiai Milyader tapi Dermawan, yang dibedah oleh 4 tokoh yaitu, KH. Mujib Kulyubi, yang mengulas semangat KH. Asep Saifudin Chalim dalam peningkatan guru dengan memberikan beasiswa tidak saja di dalam negeri, namun juga dari luar Negeri.

Pembedah kedua, KH. Zawawi Imron, yang mengulas cinta dan cita-cita KH. Asep Saifudin Chalim, antara cinta keluarga dengan negara serta cita-citanya dalam membangun negeri. Pembedah ketiga disampaikan oleh KH. As'ad Said Ali yang akan mengulas Kiyai Mandiri dan pesantren mandiri. 

Pembedah selanjutnya yang lebih tepat jika disebut pembicara adalah Bapak Mas'ud Adnan, sekaligus penulis dari buku ini, mengupas tentang isensi buku yang bersumber selama mengikuti KH Asep Saifudin Chalim ke berbagai daerah pada beberapa tahun ke belakang. Beliau memberikan alasan, buku itu ditulis dengan pertimbangan bahwa KH. Asep Saifudin Chalim merupakan figur yang punya paradigma berbeda dibanding kebanyakan kiyai lain, selain itu agar dari buku tersebut menjadi catatan sejarah yang bisa menginspirasi dan di teladani.

Ujung bedah buku, dikomentari oleh KH. Asep Saifudin Chalim, dengan membuka cerita masa lalu yang pernah di tolak 3 kali sampai dipertemukan oleh sang istri sekarang, saat itu masih belum lulus MTs, namun mempunyai komitmen untuk tetep meneruskan sekolah sampai MA.

Hari pertama pelaksanaan konggres sangatlah padat, terbagi di dua tempat, yakni arena konggres pondok atas, sedang ditempat lain (bawah), tepatnya didepan Kampus Institut KH Abdul Chalim (IKHAC), berlangsung pentas seni dan Pengajian umum.


Mojokerto, 27 Mei 2022.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SURAT UNTUK PU

KHOUL

Pancasila