Bermain Keseimbangan

BERMAIN KESEIMBANGAN

Moch. Syaechu Nasirudin.


Dua anak kecil bermain bersama, berteriak lepas tanpa beban, padahal mereka bukan satu rombongan perjalanan, baru saja bertemu, tidak saling tahu nama ataupun alamat rumah, mereka menikmati hidup tanpa dihantui bayang perjuangan yang menghadang dihadannya.

Semula satu diantara mereka berjalan diatas pipa besi penghalang roda mobil parkir, beberapa langkah terjatuh, diulanginya lagi, kali ini melepas alas kaki, masih juga terjatuh, bocah lain yang sebelumnya melihat adegan, merasa tertantang dan turut mencoba dengan percaya diri, baru saja dua langkah sudah terjatuh, badanya yang lebih gemuk belum mampu mendukung langkah kakinya.

Tanpa putus asa, beberapa kali mereka memcoba, sampai suatu saat yang cewek sudah mampu melewati dari ujung ke ujung pipa dan berteriak "Hore, aku bisa," kali ini memberi semangat kepada temen barunya, akhirnya mereka berdua tertawa riang setelah keduanya mampu menjaga keseimbangan diatas pipa.

Tanpa sadar mereka berdua sudah berlatih keseimbangkan badan, dengan menggerak-gerakkan kedua tangan, belajar menjaga emosional dan intelektual agar jalan bersamaan, untuk mencapai tujuan hidup yang penuh tantangan. Itulah yang diperlukan dalam hidup di era digital saat ini, yang menuntut setiap manusia berkompetisi memenuhi kebutuhan dan kepentingan.

Kenyataannya, banyak diantara manusia yang melupakan keseimbangan, dengan hilir mudik tanpa mempedulikan siang ataupun malam untuk sekedar mencukupi keinginan, lalu semakin jauh semakin merasa kahausan. Masih banyak diantara anak cucu Adam yang hanya mementingkan kepuasan jasmani, sementara ruhaniyahnya tidak dipupuk, gersang bahkan kosong hingga mudah tergoda oleh rayuan syetan. Dan masih banyak diantara mereka yang melupakan fitrah sebagai mahluk untuk mengabdi, hingga berbuat semaunya, melanggar aturan sang Kholik.

Keseimbangan bukan sekedar permainan, tapi sangat diperlukan agar mampu mencapai kebahagiaan jasmani dan rohani, agar bisa menemukan kesehatan jiwa dan raga.


Bojonegoro, 05 Juni 2021

Moch. Syaechu Nasirudin.

Komentar

  1. Sangat bagus, Terima kasih inspiratif sekali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih banyak, menjadi motivasi tersendiri untuk yang akan datang.

      Hapus
  2. Hmm ... keseimbangan rohani dan jasmani ya Pak. Lahir dan batin. Dahsyattt ...

    Hehe, sepertinya kita mirip, Pak. Senang membuat kalimat panjang 😁

    Kalau tidak salah di materi Pak D Susanto, beliau pernah menyampaikan satu kalimat sebaiknya tidak lebih dari 20 kata. Jadi, beberapa tanda koma di tulisan ini mungkin bisa diganti dengan titik.

    Saya pun masih berlatih membuat kalimat yang pendek-pendek. Karena kalimat pendek tidak akan membuat lelah pembaca.

    Mari Pak, kita sama sama belajar dan tetap semangat!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Madak terlalu panjang, sebenarnya sih nggak apa, asal masih nyambung, maksude Pak De, kalau panjang takutnya nggak nuambung.
      tapi saya suka yang panjang.

      Hapus
    2. Tapi terima kasih, sudah mengingatkan.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SURAT UNTUK PU

KHOUL

Pancasila