Menulis cerita fiksi

 MENULIS CERITA FIKSI

Moch. Syaechu Nasirudin


Karya fiksi adalah karya sastra dari imajinasi kreatif, berisi berbagai cerita rekaan yang didasari fantasi, jadi bukan berdasarkan kejadian nyata, meskipun seringkali penulis menenggelamkan pembaca pada kisah hidup yang tidak pernah dilalui, atau mengajak ke tempat yang belum pernah disinggahi menjadi seolah-olah nyata.

Cerita fiksi hadir sebagai hiburan, boleh jadi berangkat dari kejadian masa lampau, untuk diambil hikmah dibalik kisah tersebut, sebutlah cerita Kian Santang yang ditayangkan di salah satu stasiun TV nasional, bermula dari kejayaan kerajaan dan di akhir tayang selalu tertulis ‘cerita ini hanyalah fiktif’ yang menunjukkan bahwa cerita tersebut bermula dari karya sastra fiksi.

Jenis cerita fiksi adalah cerpen, atau cerita pendek yang hanya menampilkan kisah pada fokus tujuan; novel, menceriterakan kehidupan tokoh yang dipaparkan secara jelas, dengan segala konflik pro kontranya; dan roman menceriterkan kisah berbau romantis, atau kadang diaritkan karya sastra berisi pengalaman tokoh dari dilahirkan hingga dewasa, atau bahkan sampai meninggal dunia.

Sedang bentuk cerita fiksi terdiri dari fiksimini (terdiri dari beberapa kata), flas ficton (dengan jumlah kata khusus), pentigraf (cerita tiga paragraf, yang dihitung bukan karakter atau kata, namun paragraf hanya tiga), cerpen (kurang dari 7.500 kata), novelet (7.500 sampa 17.500 kata), novela (17.500 sampai 40.000 kata) dan novel (lebih dari 40.000 kata).

Dalam membentuk cerita fiksi, terdapat beberapa unsur penyusunan, yaitu : 

  1. Tema, merupakan ide pokok cerita. agar lebih memudahkan menemukan tema cerita fiksi, adalah dengan mencari ruang lingkup terbatas, lebih menarik perhatian penulis, dan pokok cerita lebih dekat penulis.
  2. Premis, adalah ringkasan cerita dalam satu kalimat utuh, terdiri dari unsur karakter, tujuan tokoh, komplikasi memuat masalah yang dihadapi tokoh cerita, dan bagian resolusi atau disebut juga dengan evaluasi, bagian yang memuat pemecahan masalah. Contoh unsur penyusun, Oskar hanyalah guru yang disebut pejuang tanpa jasa, figur yang mempunyai tugas mencerdaskan bangsa dan entah sanjungan apalagi, tapi tujuan hidup masih belum mampu dicapai, padahal hanya sederhana, mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari berupa pangan dan papan, untuk memenuhi kebutuhan itulah, oskar berkerja seadanya termasuk sebagai tukang ojek.
  3. Alur/Plot, merupakan struktur rangkaian kejadian dalam cerita. memuat pengenalan cerita, awal konflik menuju konflik, memuncak/klimaks, penyelesaian/ ending. Macam-macma alur/plot, yaitu alur maju, alur mundur, alur campuran, alur flashback, dan alur kronologis.
  4. Penokohan, adalah penjelasan detail karakter tokoh dalam cerita, terdiri dari antagonis, protagonis, tritagonis. Dalam menggambarkan tokoh dengan mempertimbangkan : analitik, fisik, perilaku tokoh, lingkungan tokoh, tata bahasa tokoh, dan penggambaran oleh tokoh lin.
  5. Latar/Setting, merupakan gambaran waktu, tempat atau suasana. Jenis-jenis latar terdiri dari : latar waktu, latar tempat, latar suasana, latar sosial, latar material dan latar integral.
  6. Sudut pandang, unsur ini menempatkan diri penulis ke dalam cerita. Macamnya adalah : orang pertama tunggal, orang pertama jamak, orang kedua, orang ketiga tunggal, orang ketiga jamak dan campuran.

Unsur tersebut merupakan satu kesatuan saling berhubungan yang tidak terpisahkan antar satu unsur dengan lainya, oleh karena itu, perlu kiat dalam menyusun karya fiksi, yaitu :

  1. Niat sebagai pondasi dalam memulai tulisan, sekaligus sebagai komitmen menyelesaikan tulisan, disertai banyak baca dari beberapa referensi penukung.
  2. Ide yang bisa muncul kapan saja dan dimana saja, untuk dikembangkan menjadi bahan tulisan; jika sudah menenukan ide, pilihlah genre yang paling disukai sekaligus yang paling dikuasai.
  3. Membuat out line, atau kerangka tulisan yang didalamnya terdapat semua unsur penyususnan karya fiksi, mulai dari membuat tema sampai menempatkan sudut pandang.
  4. Menulis, sesuai out line yang sudah ditetapkan, dengan memilih susunan kata yang pendek dan jelas, disertai pemiliah kata yang tepat (diksi) sehingga memperkuat imajinasi.
  5. Swasunting, atau pengeditan yang dilakukan setelah selesai penulisan, artinya, jauhkan upaya mengedit selama proses penyelesaian tulisan. Agar mengedit mendekati kesempurnaan, sebaiknya mampu memposisikan diri sebagai editor (bukan penulis) meskipun karya sendiri; jangan lupa harus berpegang pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), jika perlu, siapkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).



Bojonegoro, 04 Mei 2021

Resume ke : 13

Tema : Kiat Menulis Cerita Fiksi

Nara Sumber : Sudomo, S.Pt

Gelombang : 18

Tanggal materi : 03 Mei 2021


Komentar

  1. Mantap pak..selalu dikembangkan dengan bahasanya sendiri.... resumenya padat berisi..👍🙏

    BalasHapus
  2. Terima kasih sudah mengerjakan tugasnya dengan baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insyaallah, saya usahakan selalu mengerjakan, meskipun selalu agak telat.

      Hapus
  3. Mantap tulisannya pak benar2 dikemas dengan bahasa sendiri👍

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SURAT UNTUK PU

KHOUL

Pancasila