Idulfitri 1442 H

 IDULFITRI 1442 H


Sholat Idulfitri pagi ini tidak meluber memenuhi jalan, hanya di depan masjid yang luasnya sekitar 7 meter, dengan beralaskan tikar plastik lebar; jamaah yang hadir sama seperti jamaah sholat Jumat hanya yang terdiri dari dua Dukuhan (RW), bedanya mereka banyak membawa anak-anak, dan kaum ibu lebih banyak yang hadir, mendominasi.

Entah karena larangan mudik atau faktor lain, tapi pelaksanaan sholat Idulfitri terasa sepi, itupun jarang memakai masker, dan tidak ada jarak shof, berdempetan seperti sebelum adanya pandemi corona. apalagi menggunakan protokol kesehatan seperti anjuran pemerintah, padahal di depan gapura masjid, disediakan tempat cuci tangan dan brosur besar jaga kesehatan, dengan melaksakan 3 M (bukan 5 M).

Semalampun ketika takbir, sudah tidak ada lagi takbir kelilingi seperti dua tahun kemarin, hanya sekali ada gerombolan anak-anak berlalu lalang, sambil sesekali menyulut mercon tis ukuran kecil, merekalah yang meluapkan kegembiraan malam takbiran.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, usai sholat Idulfitri, hampir semua jamaah laki-laki khususnya pergi ke Makom untuk ziyarah kubur, tahlil bersama dipimpin oleh imam masjid. Agenda ini sebagai pengingat, bahwa semua manusia mesti akan meninggal, tinggal menunggu antrian panggilan sang kuasa, dan ketika itu hanya Doalah yang diharapkan oleh ahli kubur.  

Pulang dari ziyarah kubur, dilanjutkan syukuran di tempat-tempat ibadah, yang dilaksanakan oleh jamaah sekitar tempat ibadah tersebut, sebagai bentuk mensyukuri nikmat dari sang kuasa, bahwa sampai pagi ini masih diberi kesempatan menemui bulan romadhon, dan semoga bisa ketemu bulan romadhon tahun berikutnya.

Usai semua acara, baru sungkem ke orang tua beserta seisi rumah untuk meminta maaf, (sebagian diantaranya sudah sungkem duluan), dan berkunjung ke tetangga serta kerabat-kerabat terdekat. Kembali ada yang berbeda, karena pada kunjungan ini hanya sesaat, tidak lebih dari jam 08.45 sudah sepi kembali, apakah alasan kalau siang panas, atau alasan lainya, tapi jelas sepi sekali, itupun hampir semuanya tidak ada yang memakai masker.

Apakah kondisi ini akan sama pada tahun yang datang. Wallahu a'lam, hanya Allah yang tahu, tapi hati kecil ini menengadah, semoga kondisi seperti ini tidak memunculkan tren baru dekadensi moral maupun peralihan peradaban generasi muda, yang lambat laun akan memutuskan tali sillaturrochim, yang dimulai munculnya tren sillaturrochim hanya diwakili twibon, sillaturrochim lewat zoom, atau pertemuan Maya lainya.


Kang Khasan.

Bojonegoro, 13 Mei 2021.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SURAT UNTUK PU

KHOUL

Pancasila