Mental Menulis
MEMBANGKITKAN NALURI DAN MENTAL PENULIS
Moch. Syaechu Nasirudin
Dalam KBBI naluri diartikan dorongan hati atau nafsu, yang sudah melekat pada semua makluk hidup (baik hewan maupun manusia), dari Sang Maha Pencipta untuk berbuat sesuatu; Naluri berdampak pada prilaku atau reaksi terhadap rangsangan tertentu, yang telah ada sejak lahir tanpa dipelajari dan diperoleh secara turun temurun.
Contoh, seekor ayam betina secara naluri pasti akan melindungi anak-anaknya dari gangguan apapun; seorang lelaki tertarik dengan wanita dan ketika sudah menjadi sepasang suami istri, secara naluri pasti akan berhubungan intim, meskipun sebelumnya belum pernah mempelajari;
Sedangkan mental melekat pada diri manusia, merupakan reaksi yang dipengaruhi oleh pikiran dalam menghadapi tantangan atau masalah; mental dibangun melalui proses panjang dari pengalaman hidup maupun dari pembinaan.
Jika seseorang mempunyai mental yang rusak, maka pikiran dan perilakunya akan cenderung menjadi rusak, sebaliknya jika manusia bermental baik, maka budi pekerti dan pemikiranya akan memilih pada kebaikan, karena itulah diperlukan pembinaan atau motivasi agar seseorang selalu bermental baik.
Dalam dunia tulis menulis, naluri dan mental mempunyai peran signifikan, mengingat penulis berangkat dari kepekaan naluri, baik berupa keresahan maupun kegembiraan yang dijadikan ide untuk dituangkan melalui goresan; karena itu, naluri perlu dipertajam dengan mengoptimalkan seluruh inderanya, sehingga mampu menghasilkan karya tulis.
Mental berperan mempertegas naluri, melalui tehnik dan teori agar tulisan yang disajikan dalam bentuk publikasi mampu difahami semua golongan, sehingga perlu keseimbangan antara tehnik, teori dan mental.
Namun kenyataanya terdapat golongan yang mewarnai prilaku penulis, pertama, penulis yang takut tehnik tulisanya kurang sesuai dengan kaidah, atau karena alur dan pesan belum nampak sehingga ditolak penerbit; kedua, takut tulisanya dinilai jelek, dicemooh, sehingga mempunyai kesan tidak layak baca; ketiga, tidak takut apakah karyanya dinikmati atau sebaliknya.
Sehubungan tiga prilaku tersebut, Ditta Widya Utami, S.P. Gr dalam Pelatihan Belajar Menulis membagi empat type penulis, yaitu : Dying writer, Dead man, Sick people, Alive.
Dying Writer atau penulis yang sekarat, adalah penulis yang lemah baik teknik mapun mentalnya, kalaupun mereka ikut pelatihan menulis, namun masih setengah hati (lemah mental) dan tidak sedikitpun berusaha berkarya membuat tulisan, artinya menulis masih sekedar angan-angan tanpa aksi nyata, sehingga memerlukan dorongan ekstra agar kembali menulis.
Dead Man. Penulis katagori ini adalah mereka yang sudah mampu berkarya tapi belum terpublish, tulisannya terpendam dalam laptop, terbungkus lembaran diary, notes, atau di HP, karena rasa malu atau takut dikritik.
Sick People. kelompok ini masih lemah teknik menulisnya, namun memiliki mental dikritik, atau bahkan dicemooh, sehingga sudah berani mempublish tulisannya. Mereka sejatinya sadar kelemahan tulisannya, namun justru dari kritik itulah yang dicari untuk perbaikan tulisan selanjutnya.
Alive. Kelompok yang tehnik dan mentalnya sudah mapan, sehingga senantiasa berkarya seperti jantung yang terus berdetak saat pemiliknya bernyawa.
Untuk mencapai kelompok alive, perlu ibangkitkan kembali naluri an mental penulis melalui mental siap konsisten, dengan versi penulisan tempo dulu atau versi sekarang, siap dikritik, dengan semua kekurangan dan kelebihanya, siap belajar dengan selalu berselancar literasi dan melakukan penelitian melengkapi data tulisan, siap ditolak oleh media dan penerbit, siap menjadi unik agar tulisanya menjadi bentuk cirikhas penulisanya.
Bojonegoro, 23 April 2021
Resume ke : 9
Tema : Mental dan Naluri Penulis
Nara Sumber : Ditta Widya Utami, S.P. Gr
Gelombang : 18
Wah, narasi pembukanya mantap. Menunjukkan bahwa penulis adalah orang literat.
BalasHapusTerima kasih telah berkenan membuat resumenya, Pak.
Terima kasih.
Hapuskereen bapak..suka baca resumenya bapak...👍🙏
BalasHapusAlhamdulillah, terima kasih, sangat memberi motivasi untuk saya.
Hapus