Buku Mahkota Penulis

 

BUKU, KEABADIAN MANUSIA YANG TAK TERBANTAHKAN

Moch. Syaechu Nasirudin


“Sesungguhnya muara dari menulis itu adalah buku. Karena, buku bersifat abadi dan menjadi alibi tak terbantahkan atas kehadiran seorang anak manusia di muka bumi ini” 

(Thamrin Dahlan)

Setiap orang yang pernah mempunyai status siswa, dipastikan sudah pernah menulis, paling tidak ketika mengerjakan tugas yang diberikan guru, berupa membuat karangan bebas, menyusun executive summary, resume, di jenjang SLTA diharuskan menyusun karya ilmiah berupa paper sebagai syarat kelulusan.

Ketika berstatus sebagai mahasiswapun dituntut menyusun skripsi, yang merupakan tugas akhir selama mengikuti proses pendidikan di perguruan tinggi; Ini berarti bahwa semua orang berpotensi mampu menjadi penulis, selagi mau mengasah kegiatan menulis, bahkan semua orang yang mampu berbicara otomatis bisa menulis, sebab sesungguhnya menulis itu pekerjaan memindahkan apa yang diucapkan pada peralatan tulis menulis.

Bagi sebagian orang, menulis merupakan aktifitas menjemukan, menjengkelkan, membosankan dan entah kata apalagi yang cocok untuk menggambarkan kesulitan menulis, bahkan ada sebagian yang berputus asa dan mengatakan bahwa penulis berasal dari bakat bawaan dari orang tua.

Fenomena tersebut selalu dialami oleh penulis yang benar-benar baru memulai berkarya, oleh karena belum mampu mengurai permasalahan terkait kegiatan tulis menulis, maka seringkali menemui jalan buntu dan hasrat menjadi penulis akan pupus. 

Disinilah dibutuhkan pencerahan bahwa menulis bukanlah bakat bawaan, namun ketrampilan yang mengorbankan waktu untuk terus melatih diri, memerlukan ketekunan giat belajar, serta membutuhkan semangat agar kegiatan yang semula membosankan menjadi menyenangkan, sehingga kegiatan yang semula menjengkelkan, menjadi kebutuhan yang manakala tidak dipenuhi akan menjadikan rasa penyesalan.

Untuk mengubah image di atas, membutuhkan perjalanan panjang, sehingga masing-masing penulis mempunyai pengalaman yang kadang berbeda; Pak Thamrin Dahlan misalnya, mempunyai metode Sekali Duduk Jadi, dengan tidak meninggalkan tulisan sebelum jadi, sebab jika ditinggalkan, tulisan seringkali menemui jalan buntu atau tidak tuntas.

Bagi pemula, tulislah pendek-pendek seperti sedang bertutur kata, yang apabila tulisanya panjang akan tersenggal nafasnya; upayakan maksimal 9 kata dalam satu kalimat, dengan menggunakan kata yang mudah dimengerti, tidak bertele-tele apalagi njelimet.

Jika tetap saja menemui jalan buntu, beralihlah ke paragraf berikutnya dan biarkan tulisan mengalir, setelah selesai baru dibaca beulang-ulang sebagai bagian dari proses editing. Beliau Pak Thamrin Dahlan mengambarkan tulisan itu ibarat air mengalir, tetes demi tetes bergabung menjadi satu, mangalir jauh mencari tempat terendah akhirnya bermuara di lautan. Itulah Buku. Sejatinya buku adalah kumpulan hasil olah pikir gemilang berbentuk tulisan yang terserak.

Untuk menyelamatkan karya tersebut, Pak Thamrin Dahlan Purnawirawan Polri pangkat Kombes Pol yang terakhir bertugas sebagai DIrektur Pasca Rehabilitasi BNN memberikan motivasi untuk diterbitkan berbentuk buku melalui Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD); Yayasan yang didirikanya itu benar-benar berkomitmen membantu para penulis menerbitkan Buku Perdana ber ISBN tanpa biaya, dengan prosedur sangat sederhana dalam waktu 14 hari buku Terbit.

Satu kabar gembira dan peluang menggiurkan, untuk penulis pemula dalam mengukir nama di sampul buku, sekaligus sebagai lembar sejarah dalam memahat keabadian hidup yang akan dikenang sepanjang masa oleh generasi berikutnya, sehingga akan rugi sekali apabila tidak mampu memanfaatkan kesempatan tersebut sebaik mungkin. 


Bojonegoro, 21 April 2021

Resume ke : 8

Tema : Buku Mahkota Penulis, Buku Muara Tulisan

Nara Sumber : Thamrin Dahlan, SKM, M.Si

Gelombang : 18

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SURAT UNTUK PU

KHOUL

Pancasila